Mungkin banyak orang yang tidak tahu
kalau beberapa produk terkenal yang sekarang kita gunakan sehari-
hari sudah diproduksi sejak jaman Belanda, bahkan sudah diiklankan
secara cetak. Uniknya, iklan- iklan cetak tersebut ada yang berbahasa
jawa krama (tingkatan bahasa jawa yang halus). Di sini yang akan
dibahas adalah beberapa print ad kuno koleksi dan hasil reproduksi
Museum Tembi Rumah Budaya.
Yang paling sering membuat orang
terheran tak percaya adalah kenyataan kalau sabun mandi Lux yang
telah menjadi sabun rakyat itu sudah beredar di Indonesia sejak tahun
1930-an! Dan yang menarik, kecantikan ala barat sudah mulai dijadikan
kecantikan ideal seorang wanita. Dalam salah satu print ad iklan Lux
tahun 1930-an, terpampang gambar seorang wanita berbusana jawa,
kebaya kutubaru dipadu kain jarik dan sanggul sederhana di kepala.
Wanita itu memandang cermin sambil memegangi pipi. Sketsa wanita
dengan kecantikan khas jawa tersebut dijejerkan dengan kalimat
pernyataan “Koelit moeka jang haloes menambah kecantikan paras
njonja”. Sebuah kalimat berbahasa Indonesia yang sesuai EYD lama.
Namun anehnya, narasi di bawah foto wanita tersebut menggunakan
bahasa jawa krama. “Koelit rai ingkang aloes mewahi saening
roepi.”(versi bahasa jawa dari tagline iklan tersebut).
Simak pula narasi yang mengikuti
tagline tersebut.
“Sinten ingkang boten kepengin
gadah rai aloes lan praejan ajoe? Sadengah tijang estri harak inggih
ngaosi dateng saening rai, lan seneng ta jen roepinipun sae?
Sarananipoen gampil, Saboen Wangi Lux mligi kangge ngoepakara koelit,
lan jen saben dinten ngagem Saboen Wangi Lux temtu bade bingah
jalaran roepinipun saja mindak sae sanadjan ing soewaoe koelitipoen
boten aloes. Oemploekipun Sabun Wangi Lux ingkang loemer, aloes lan
njegeraken, angicalaken sakatahing rereged ing koelit lan ing
bolongan kringet kanti enggal, lan adamel segering badan lan
moeroegaken tjahja kados nem. Sesekaring film 847 ingkang ajoe-ajoe
ing studio ing Hollywood lan miljoenan tijang estri adjeg ngangge
saboen wangi Lux. Tjoba ngagema saboen wangi Lux lan kaoedija saening
roepi kados sesekaring film waoe.”
terjemahan bebas
iklan tersebut dalam bahasa Indonesia kira- kira seperti ini
Siapa yang tidak ingin punya wajah
halus dan paras cantik? Banyak perempuan ingin wajah yang bagus dan
senang kan jika parasnya cantik? Caranya gampang, Sabun Wangi Lux
khusus untuk merawat kulit dan jika setiap hari memakai sabun wangi
Lux tentu akan senang karena wajahnya semakin bertambah cantik
walaupun tadinya kulitnya tidak halus. Busa sabun wangi Lux yang
lumer, halus, dan menyegarkan, menghilangkan banyak kotoran di kulit
dan di pori- pori dengan baru, dan membuat badan segar dan
mengembalikan cahaya wajah seperti muda. Bintang film 847 yang
cantik- cantik di studio Hollywood dan jutaan wanita selalu memakai
sabun wangi Lux. Coba pakailah sabun wangi Lux dan dapatkan wajah
cantik seperti bintang film tadi.
Sebenarnya apa
yang menarik dari iklan kuno sabun wangi Lux dibandingkan iklan sabun
Lux yang sekarang sering tayang di televisi?
Dari beberapa sisi,
kita dapat menangkap kejanggalan- kejanggalan bahasa periklanan jaman
kolonial tersebut. Dari kalimat awalnya saja sudah janggal, tagline
utama berbahasa Indonesia, namun narasinya berbahasa jawa halus. Ada
inkonsistensi penggunaan bahasa. Yang kedua, bahasa persuasinya yang
bertele- tele dan sangat menjual mimpi. Tidak seperti iklan sabun Lux
sekarang yang cukup memajang foto aktris cantik berkulit indah yang
dikagumi pria, iklan sabun Lux kuno secara eksplisit mengatakan kalau
kita bisa berubah menjadi seperti bintang film jika memakai sabun
Lux. Entah bagaimana tanggapan wanita jawa jaman dahulu dengan iming-
iming perubahan penampilan seperti itu, tapi wanita sekarang pasti
tahu kalau sabun mandi terbaik pun tidak mungkin seajaib itu
hingga bisa merubah wajah menjadi seperti bintang film. Sekarang hal
seperti itu tidak boleh dijadikan materi iklan karena melanggar Tata
Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, asas kejujuran yang
berbunyi “Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain dengan
memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabuhi, dan
memberikan janji
yang berlebihan.
” Di isi iklan, pernyataan dan janji mengenai
produk harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Tentu janji
eksplisit merubah wajah seperti bintang film seharusnya tidak
dituliskan. Kalau memakai wanita cantik sebagai model dan orang yang
menonton iklan lantas merasa terbujuk karena berharap bisa secantik
si model itu merupakan hal yang lain lagi karena pesan menjadi cantik
tidak secara eksplisit diutarakan tapi menggunakan simbol seorang
model.
Inkonsistensi lain
dari iklan sabun Lux di atas adalah penggunaan modelnya. Bagaimana
bisa si pembuat iklan memasang gambar wanita jawa tulen tapi di iklan
malah menyebutkan bintang film Hollywood yang pasti bukan orang jawa?
Standar kecantikan yang ditawarkan menjadi rancu.
Di ujung print ad
tersebut terdapat gambar produk sabun Lux dalam kemasan bertuliskan
Lux Toilet Zeep. Padahal di dalam narasi sama sekali tidak pernah
disinggung judul Toilet Zeep. Ini juga mengganjal karena branding
produk menjadi kurang mengena karena antara kemasan dan judul iklan
merknya seakan berbeda walau sama-sama Lux. Saboen wangi dan Toilet
Zeep adalah dua kata yang sama sekali tidak terdengar sama. Padahal
untuk menancapkan merk di hati konsumen, penamaan seharusnya
konsisten. Memang lain sekali dengan iklan sabun Lux yang wara- wiri
di televisi sekarang.
Daftar Pustaka:
Katalog Pameran
Iklan Koeno, MASALALOE SELALOE AKTOEAL: Djawa dalam Perspektif
Reklame Tempo Doeloe 1930-1940. 25 Mei-16 Juni 2007 Rumah Budaya
Tembi Sewon, Bantul.
http://faizal.student.umm.ac.id/2010/05/04/tata-krama-dan-tata-cara-periklanan-indonesia/
.
Diakses 13 Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar